Perjalanan ini sudah menjadi rencana keluarga untuk
diwujudkan setelah bulan Ramadhan 1439/2018. Ya, perjalanan ini kami lakukan
untuk berekreasi dan bersenang-senang. Kami berjumlah 11 orang (termasuk 2 bayi)
akan menjelajahi bromo selama 1 hari.
Senin, 25 Juni 2018. Kami bertolak dari Solo menuju Bromo
pada jam 10.00. Dengan dua mobil, bromo akan kami tuju. Cukup lelah memang,
karena kami tiba di homestay Bromo pada pukul 22.00. Harga homestay disini
cukup murah, berkisar 250 ribuan saja perkamar. Namun qaddarallah kami
mendapatkan harga yang lebih mahal karena mendapatkannya melalui tangan seorang
calo. Jadi untuk kawan-kawan, ada baiknya untuk mencari-cari homestay dahulu
sebelum berangkat ke Bromo melalui internet atau melalui teman yang sudah
berangkat ke sana. Hal itu agar teman-teman tidak terkena ulah jahat tangan
para calo.
Malam hari, kami gunakan waktu dengan sebaik mungkin
untuk istirahat. Karena pada dini hari, kami sudah harus berangkat menuju
puncak Bromo menggunakan mobil jeep. 1 mobil jeep di sini disewa dengan harga
600 ribuan saja untuk menyusuri 4 lokasi di Bromo.
Pukul 03.00 kami semua bangun untuk berangkat menuju
puncak. Tas dan perlengkapan lainnya sudah kami persiapkan. Pada pukul 03.30
kami menuju parkiran bukit cinta yang mana itu adalah lokasi pertama untuk menjelajah
keindahan Bromo. Bukit Cinta ini atau yang disebut dengan Love Hill Bromo adalah
tempat untuk melihat kemunculan matahari di pagi hari. Sebelum menapaki bukit
cinta, tentu tak lupa kami melakukan shalat shubuh secara berjamaah walau air keran
untuk berwudhu di sini sangat dingin sekali. Sembari menunggu sunrise, kami
semua meminum teh hangat yang telah diseduh di tengah keramaian orang dan
ditemani dengan beberapa pisang goreng.
 |
Makan pisang goreng dan minum teh hangat di suhu udara 10⁰C |
Setengah jam berlalu, matahari mulai menampakkan wujudnya
melalui cahaya yang ia pancarkan sedikit demi sedikit. Tak malu ia menyapa kami
di pagi hari. Kami pun senang bahagia telah mendapatkan suasana indah dengan suhu
cuaca yang cukup dingin, yaitu 10⁰C. Semua momen dari terbitnya matahari
tentu tak lupa kami foto dan dokumentasikan agar di masa depan kami dapat mengenangnya
kembali tanpa ada yang terlupa.
 |
Sunrise di Bromo, diambil dari Bukit Cinta |
Dan kami menuju padang pasir berikutnya, yaitu pasir berbisik. Hamparan pasir yang
luas dengan ditemani pemandangan bukit di belakangnya menjadikan keindahan alam
di bromo bertambah manis. Dalam hati, ku
berkata: “Makhluk dengan seluas dan sebesar ini, tentu ada sang Khaliq Maha besar
sebagai Penciptanya”.
Savana
Bromo pun tentu menjadi lokasi wisata kami berikutnya. Tanaman-tanaman hijau membentang
luas di hamparan lautan pasir. Di savana, kami juga menikmati bakso yang
disediakan pada warung di tengah luasnya hamparan pasir. Bakso pun sangat cocok
untuk dimakan pada cuaca dingin di puncak Bromo.
 |
Savana Bromo |
Lokasi
terakhir yang kami tuju pada kesempatan kali ini ialah Kawah Gunung Bromo. Kami
berjalan kaki mendaki gunung Bromo, dan itu cukup melelahkan. Hal tersebut, karena
saya mendaki gunung Bromo sambil menggendong anak saya yang berumur 6 bulan hingga
puncak Bromo. Namun kami tak mendaki gunung Bromo hingga bibir kawah, karena khawatir
akan belerang yang mengenai bayi-bayi yang kami bawa.
 |
Menggendong bayi seraya mendaki gunung Bromo |
 |
Adik kembaran bersama suami |
Semua
perjalanan yang kami lakukan di Bromo begitu indah, dari pemandangan gunung
yang berdiri dengan begitu indahnya, padang rumput yang begitu membentang, dan suhu
cuaca yang begitu dingin, serta hal-hal menarik lainnya.
Kawan-kawan
bisa menjadikan bromo menjadi lokasi wisata yang diprioritaskan, karena alam di
sini begitu indah dan tak bisa diungkap hanya dengan kata-kata. Mungkin itu
saja cerita kami menuju Bromo, semoga di lain waktu kami bisa menjelajah Bromo
untuk kedua kalinya.
0 Komentar